SEJARAH GEREJA SANTO YUSUP WONOKERSO
1.Kebun
anggur Tuhan
Sejarah
Gereja Stasi Santo Yusp Wonokerso dimulai pada bulan Mei 1956 seorang Guru SD
Kanisius, yaitu Bp, Yohanes De Brito Wasto membuka pelajaran agama katholik di
Wonokerso di rumah Bp. Marto Wasito (mBah Bulu) pelajaran agama diikuti oleh
Bp. Marto Wasito sekeluarga dan beberapa tetangga dekat.
Mereka
diperbolehkan menerima sakramen permandian pada tanggal 21 Desember 1957 di
Kamal (dekat Wonokerso). Sakramen permandian diberikan oleh Romo Fred Sutimbal
Mitro Sudarmo SJ dari Muntilan. Walaupun mereka sudah dipermandikan, namun
pelajaran agama tetap berlangsung dibawah bimbingan Bp. YB. Wasto, satu-satunya
katekis pada waktu itu. Dibawah Bp. YB, Wasto berkembang ke desa-desa lain
diantaranya: Gondang Culengan, Galokan, Karangsambung, Piyungan dan Paitan.
Melihat perkembangan yang menggembirakan Romo Mitro menganggap bahwa Wonokerso
dan sekitarnya merupaka kebu anggur yang subur.
Berhubung
umat katlolik semakin bertambah, maka mesti dipikirkan tempat ibadah yang
nantinya Romo dapat mempersembahkan misa bersama umat setiap bulan. Gagasan ini
muncul dari Romo Mitro dan Bapak YB. Wasto.
Peralatan
misa yang ada pada waktu itu masih sangat sederhana altar yang ada dibeli
dengan cara gotong royong umat: Bapak. Y. Marsudiharjo, Bapak YB. Sugeng, Ibu
Somawiyata, Ibu Sumadi, Bapak Y. Sumarsono dan bapak Martowasito.
Romo
Mitro mulai memberikan pelajaran agama pada bulan Oktober 1958 sekaligus
memberikan Misa. Pelajaran agama dan Misa ini baru bisa diadakan sekali dalam
setiap bulannya. Kesempatan tersebut juga dipakai oleh Romo Mitro untuk bertemu
dengan umat dan sebaliknya.
Kebun
anggur Tuhan semakin subur dan berkenbang ini nampak dengan semakin
bertambahnya orang yang mengikuti pelajaran agama. Sehingga pada hari raya
Natal dan Paskah rumah Bapak Martowasito sebagai tempat pertemuan dan ibadah
semakin padat dan tidak muat. Melihat keadaan ini pada bulan Oktober 1959 Romo
Mitro menyarankan
kepada umat untuk
mendirikan sebuah kapel saran diterima dengan senang hati dan penuh semangat.
2.Sejarah bedirinya Gereja Santo
Yusup Wonokerso.
Berawal
dari kunjungan Bapak Uskup Sugiyo Pranoto ke Dusun Kamal pada tahun 1942 yang
waktu itu sebagai Stasi dan perjalanannya Bapak Uskup ke Desa Gondang lahirlah
ucapan dari Bapak Uskup bahwa di daerah ini (Wonokeso) akan bediri Gereja Katholik,
maka dari sebuah ucapan Bapak Uskup sampai dengan pembangunan Gereja baru
terlaksana tahun 1961.
Untuk
mewujudkan adanya sebuah Gereja maka pada tahun 1958 terbentuklah sebuah
panitia pendirian Gereja dengan personel: Penasehat Romo Mitrosudamo SJ, Ketua
Bapak Y. Sumadi, bendahara Bapak Y. Martowasito dan Bapak Y. Sumarsono.
Sebagai
tempat untuk pendirian Gereja ditetapkan di Dusun Wonokerso karena dipandang
sebagai daerah “subur”. Untuk mewujudkan cita-cita itu sangat terlihat peran
serta umat. Setiap selesai ibadah pada hari minggu umat beramai-ramai terjun
kesungai untuk mengambil pasir dan batu.
Untuk
dapat melibatkan peran serta seluruh umat, terutam yang bekerja diluar daerah
maka kepada mereka ini dimintai sumbangan. Dengan demikian merekapun ikut
berbagi rasa dengan umat yang berada di Wonokerso dalam usaha membangun gedung
gereja.
Sumbangan
yang terkumpul digunakan untuk membeli bahan-bahan bangunan seperti : batu
merah, kayu dan kapur. Pengadaan kayu diserahkan bapak Sudirnggo dari Gondang
Galokan yang membeli kayu dari daerah Randublatung dan pengolahannya diserahkan
bapak Basri dari Muntilan yang pada waktu itu sebaggai pelaksana pembangunan.
Yang
menjadi masalah waktu itu adalah bagaimana mendapatkan ggenting, rama Mitro
punya sahabat dari Sawangan yang pada saat itu tinggal di Kudus yaitu bbapak
Harto. Rama Mitro bersama panitya menemui bapak Harto di Kudus dan menyampaikan
maksud pendirian gereja. Pada saat itu bapak Harto sempat ragu karena daerah
Sawangan waktu tidak mendukung (daerah perjudian). Setelah diberikan
penj3elasan panjang lebar dan juga harapan-harapan masa depan bapak Harto
akhirnya setuju membantu dalam bentuk genteng.
Masalah
lain muncul karena belum Ada batu merah, untuk mengurangi beban biaya panitya
membeli batu bata yang masih mentah. Tetapi muncul kesulitan dari mana kayu
untuk membakar batu bata tersebut. Karena rasa tanggung jawab sebagai umat
tterhadap gerejanya bapak Sumarsono menyanggupi menyediakan kayu baka, tidak
hanya itu bapak Marsono juga menyediakan bambu yang digunakan dalam membangun.
3. Riwayat Tanah
Tanah
tempat pendirian gereja berawal dari tanah bapak Martowasito yang ditukar
dengan tanah yang berada didesa Mungkid, agar dikemudian hari tidak terjadi
salah paham. Tanah yang dimungkid sampai dengan sekarang adalah tanah yang
didirikan gerja,
4. Pemilihan Nama Pelindung
Setiap
gereja mempunyai nama pelindung yang mmempunyai arti tersendiri bagi gereja
yang bersangkutan. Untuk memilih nama pelindung harus mengetahui latar belakang
sejarah. Nama pelindung gereja stasi Wonokerso dipilih nama SANTO YUSUP,
pemilihan nama tersebut berkaitan terkbulnya doa novvena kepada SANTO YUSUP,
nama Santo Yusup dirayakan oleh gereja setiap tanggal 19 Maret
5. Pemberkatan Gereja
Pada
waktu pemberkatan gereja para penyumbang diundang, sekaligus sebagai ucapan
terima kasih, hasdir pula para tokoh masyarakt, pejabat Desa, pejabat Kecamatan
dan juga pejabat Kabupaten. Pemberkatan dilakukan oleh Mgr. Albertus
Sugiyopranoto SJ Uskup Agung Semarang pada tanggal 19 Maret 1961.
Dalam pemberkatan tersebut Uskup
bberpesan: “ Gunakanlah sebaik-baiknya dan peliharalah dengan semestinya gedung
ini. Semangat dan gerejamu inilah yang harus kamu bina dan kamu kobarkan
terus”.
6. Renovasi Gereja
Gereja
Santo Yusup Wonokerso mengalami beberapa tahapan renovasi, renovasi besar
dimulai pada tanggal 1 Mei 1999 panitia mulai melaksanakan renovasi sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
Namun dalam perjalanannya renovasi
tersebut timbul 2 permasalahan besar:
- Terjadi krisis moneter yang langsung berdampak pada kenaikan harga bahan bangunan sehingga berakibat rencana anggaran menjadi sangat tidak sesuai.
- Pada tahapan pelaksanaan pembangunan setelah atap diturunkan dan melaksanakan pekaerjaan pembobokan tembok dinding untuk pemasangan cor kolom penyangga kuda-kuda ternyata tembok kondisinya sudah sangat rapuh, sehingga panitia mengkaji ulang renovasi atap dan akhirnya direncanakan renovasi total.
Dalam
kurun waktu yang begitu lama tenyata renovasi belum selesai (4 tahun) dan
ternyata renovasi baru selesai 70 %.
Renovasi
total selesai pada bulan April tahun 2007 atas bantuan Bp. Edi dari Wanasri.
ROMO-ROMO YANG PERNAH BERKARYA DI STASI SANTO YUSUP
WONOKERSO.
- Rm. F. Mitro Sudarmo SJ tahun 1961 – 1964
- Rm. Suryo Subroto Pr tahun 1964 – 1968
- Rm. D. Windyo Wiryono Pr tahun 1968 – 1973
- Rm. E. Rusgiharto Pr tahun 1973 – 1974
- Rm. Cokro SJ
- Rm. L. Smith SJ tahun 1975 – 1981
- Rm. Jaya Sewaya
- Rm. T. Sumarman tahun 1981 – 1985
- Rm. M. Sriyanto SJ tahun 1985 – 1988
- Rm. Wiyono Haryadi SJ tahun 1988 – 1989
- Rm. Alex Dirdjo tahun 1989
- Rm Titus Cokroprayitno SJ tahun1989 – 1982
- Rm. Harjo SJ tahun 1992 - 1995
- Rm. Wiharjono
- Rm. Giyono Pr tahuin 1995 – 1998
- Rm. Iswahyudi Pr
- Rm. Wahyo Suharyatmo tahun 1998 – 2002
- Rm. Heru Subiakto tahun 2001 -2006
- Rm. R. Sapto Nugroho Pr tahun 2002 -2009
- Rm. M. Supriyanto Pr tahun 2006 s/d sekarang
- Rm. Agustinus Tejo Kusumantono Pr tahun 2009-
Sumber:
- Bp. YB. Wasto
- Bp. A. Ngalijan
- 25 Tahun Gereja Stasi Santo Yusup Wonokerso
- Proposal pembangunan Gereja Stasi Santo Yusup Wonokerso
- Sejarah Paroki Santo Kristoforus Banyutemumpang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar